Menurut asalnya katanya, psikologi
berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang
berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu)
sehingga secara etimologis, psikologi
dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.[1][1] Psikologi
tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena sifatnya yang
abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi
dari jiwa atau mental tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses atau
kegiatannya. Sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Kata manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Kata manajemen mungkin
berasal dari bahasa Italia maneggiare yang
berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda"
yang berasal dari bahasa latin manus yang berati
"tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang
berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari
bahasa Italia.
Psikologi manajemen adalah ilmu tentang
bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Sebagai
ilustrasi, dulu dalam manajemen, orang berproduksi
hanya mengandalkan sumber daya alam. Misalnya, orang berburu, memancing atau
memetik hasil hutan saja untuk memenuhi keperluannya. Tetapi lama-kelamaan
mulai terasa bahwa dengan menambahkan sumber daya manusia (terutama akalnya),
maka orang akan bisa lebih efektif dan efisien dalam berproduksi. Maka mulailah
dikenal pertanian, peternakan dan upaya budi daya sumber-sumber alam lainnya.
Setelah itu, timbul lagi kebutuhan akan
modal, karena dengan investasi dana tertentu, akan bisa dibuat alat tertentu
untuk lebih meningkatkan lagi efisiensi dan efektivitas produksi. Maka sejak
zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya
Alam), SDU (Sumber Daya Uang) dan SDM (Sumber Daya Manusia), dan ilmu manajemen
pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja
itu.
Kaitannya dengan psikologi: dengan
ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM (Sumber
Daya Manusia) ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan
manapun. Pasalnya, ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, mampu
mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja,
keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa
dicapai kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) yang setinggi-tingginya untuk
produktivitas perusahaan.
Kegiatan intervensi (yang bertujuan untuk
"mengolah" manusia) inilah yang menjadi titik tolak dari kajian ilmu
psikologi manajemen. Hal ini bertujuan agar seluruh kayawan / SDM (Sumber Daya
Manusia) dari suatu organisasi/perusahaan mengerti betul akan tugasnya, mampu
memberikan informasi kepada pelanggan atau rekan sekerjanya, dan pada akhirnya
membuat karyawan itu senang pada pekerjaan dan perusahaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar