Minggu, 19 Oktober 2014

Sistem Informasi Psikologi (Tulisan)

Kebetulan pada semester akhir ini saya mendapat mata kuliah sistem informasi psikologi. Awalnya sempat berpikir juga sih, kok di jurusan saya ini (walaupun ada kata psikologi yg menempel di mata kuliah tersebut) perlu ya mempelajari sistem informasi? Padahal kan sudah ada jurusan lain yang memang khusus mempelajari sistem informasi secara lebih mendetail. 

Waktu itu, karena berpikir ini adalah mata kuliah yang wajib, saya tetap (niat) mengerjakan tugas yang ada. Tetapi karena kecerobohan dan sifat saya yang teledor, saya malah melewatkan deadline tugas yang diberikan. Saat itu deadline mengumpulkan tugas adalah tanggal 7. Teman-teman sekelas saya sebetulnya sudah ribut-ribut membahas tentang tugas ini di salah satu aplikasi instant messanger yang ada di 'telepon pintar'. Anehnya, saya tetap tidak ngeh bahwa hari itu adalah tanggal 7. Keesokan harinya, yaitu tanggal 8, barulah saya menyadari hal tersebut. Merasa panik karena tidak mengerjakan tugas, saya pun mencari teman yang sekiranya sama dengan saya -- tidak mengerjakan tugas. Habisnya takut dimarahi dosen sendirian, sih hehe.. 

Alhasil, saya pun akhirnya tetap lanjut mengerjakan tugas selanjutnya dengan harapan nilai saya akan membaik. Tetapi, rasanya aneh jika langsung mengerjakan tugas kedua tanpa sebelumnya mengerjakan tugas pertama yang sudah terlanjur lewat deadline-nya. Oh iya, tugas pertama tersebut sebenarnya mengenai pengertian psikologi sistem informasi itu sendiri. Penasaran dengan tugas pertama tersebut, saya pun menelusuri Google. 
 
Ternyata sistem informasi psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara ilmu psikologi dengan sistem informasi dimana di dalamnya terdapat kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu dari data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan penggunaan komputer dan aplikasinya dalam bidang psikologi. 

Berdasarkan definisi itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan mempelajari sistem informasi psikologi, seorang psikolog bahkan calon psikolog (seperti saya ini hehe..) sangat terbantu sekali dengan adanya sistem informasi itu sendiri. Penerapan dari sistem informasi berbasis komputer ini contohnya adalah seperti tersedianya software-software alat tes. Saya jadi teringat akan cerita salah satu teman yang magang di salah satu perusahaan swasta. Di tempat magangnya, ia diminta untuk membantu melakukan skoring alat tes terhadap ratusan siswa di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta. Terbayang rasanya apabila harus melakukan skoring tersebut secara manual. Untungnya dengan adanya sistem informasi psikologi, kegiatan skoring tersebut lebih mudah dengan adanya software alat tes tersebut.

Keterkaitan antara Struktur Kognisi Manusia dan Arsitektur Komputer

Kognisi Manusia
Manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens yang merupakan spesies primata yang memiliki otak dengan kemapuan yang jauh lebih tinggi ketimbang jenis primata lainnya. Otak manusia yang sehat mampu melakukan aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kemampuan kerja otak manusia dapat disebut sebagai akal, dan fungsi dari akal adalah menerima dan memproses berbagai informasi yang diterima melalui alat indra, kemudian disimpan dan dimunculkan kembali pasa saat dibutuhkan. Proses berpikir dan memproses informasi oleh manusia itulah yang disebut dengan kognisi.

Struktur Kognitif Manusia

Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang berarti  pengertian atau mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

Teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengetahuan dan pengalaman ini tertata dalam struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru diadaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa :
  1. Individu mempunyai kemampuan memproses informasi.
  2. Kemampuan memproses informasi tergantung kepada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya.
  3. Belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi.
  4. Hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif.
  5. Cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap perkembangannya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan secara intelektual. Sedangkan adaptasi adalah suatu kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


Arsitektur Komputer dan Struktur Kognitif Manusia

Struktur Kognitif Manusia
Struktur merupakan cara sesuatu disusun atau dibangun, yang disusun dengan pola tertentu, sedangkan kognitif, Menurut Livingstone, kognitif adalah kemampuan berpikir dimana yang menjadi objek berpikirnya terjadi pada diri sendiri. Segala sesuatu tentang pengetahuan, kesadaran, kontrol yang dihasilkan dari proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri.

Kognitif merupakan aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Struktur kognitif meliputi sistem, skema, adaptasi, asimilasi dan akomodasi, dalam teori-teori kognisi mengandung struktur pengetahuan atau struktur kognisi yang terbangun sepanjang hidup seseorang, sebagai hasil dari pengalamannya dan kontak-kontak sosialnya.


Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur kognisi manusia merupakan bagian atau komponen yang terstruktur dalam otak manusia yang memberi pengetahuan berdasarkan sistem, skema, adaptasi, asimilasi dan akomodasi yang membentuk suatu kematangan dan pengalaman otak dalam menjalankan kehidupan sosial bagi seorang manusia.