Minggu, 29 Desember 2013

Kekuasaan dan Stres (Tugas kelompok)


Bab I
Kekuasaan
1.1  Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu;
Menurut OSSIP K. FLECHTHEIM: “Kekuasaan sosial adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan – hubungan dan proses – proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain ... untuk tujuan – tujuan yang ditetapkan pemegang kekuasaan (Social power is the sum  total of all those capacities, relationships and processes by which compliance of others is secured ...for ends determined by the power holder).
Menurut Robert M. MacIver: “Kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia (Social power is the capacity to control the behavior of others either directly by fiat or indirectly by the manipulation of available means);
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:
1.              Pertama kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
2.              Kedua kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi.

1.2  Sumber Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok. Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
1.              Kekuasaan menghargai (reward power), yaitu kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah (bonus sampai senioritas atau persahabatan).
2.              Kekuasaan memaksa (coercive power), yaitu kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan (teguran sampai hukuman).
3.              Kekuasaan sah (legitimate power), yaitu kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
4.               Kekuasaan keahlian (expert power), yaitu kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yan dipengaruhi (professional atau tenaga ahli).
5.               Kekuasaan rujukan (referent power), yaitu kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).
















Bab 2
Stres
2.1 Pengertian Stres          

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
A.     Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis,  yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
B.     Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda. Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
       Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
A.   Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor.
B.   Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
C.   Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positif, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya
.

Sumber-Sumber Stres
Sumber-sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1) Krisis
Perubahan atau peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan
seseorang diluar jangkauan penyesuaian sehari-hari dapat merangsang stresor. Misalnya
: krisis dibidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
2) Frustasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan yang menghambat kemajuan suatu cita-cita baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau dari luar.
3) Konflik
Pertentangan antara dua keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan naluri tersebut.
4) Tekanan
Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang
besar yang harus ditanggung seseorang.

Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres
Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan
stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. Stressor
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor eksternal.
Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya .
Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu kategori pribadi dan
kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri atas :
1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi
Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan
yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat
penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres,
dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetitif yang sangat berlebihan,
kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang bemusuhan.
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah
istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap
kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif. Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:
a.    Perkawinan
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang,
misalnya: pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan,
ketidaksetian, dan lain sebagainya.
b.    Problem orang tua
Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya.
c. Hubungan interpersonal
Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang disekitar yang
mengalami konflik
.
d.  Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan; misalnya: pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
e.  Lingkungan hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Rasa
tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
f.  Keuangan
     Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya pendapatan jauh
lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang, kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain
sebagainya sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang.
g. Hukum/peraturan
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat merupakan sumber stres pula.
h. Perkembangan
Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut, dan sebagainya.
i. Kondisi fisik atau cidera
j. Faktor keluarga
Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh seseorang
yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik yaitu sikap orang tua.
k. Lain-lain
Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya. Nelson menyebutkan bahwa penyebab stres umumnya adalah: pindah ke daerah baru, masuk perguruan tinggi, pindah sekolah, menikah, hamil, baru bekerja, gaya hidup baru, perceraian, kematian orang yang dicintai, dipecat dari pekerjaan, tekanan waktu, persaingan, kesulitan keuangan, suasana atau bunyi yang sangat ramai atau bising, tidak puas atau tidak nyaman. Terjadinya stres karena stressor tersebut dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis, bahkan spiritual. Sedangkan dampak dari stressor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Sifat stressor, jumlah stressor pada saat yang bersamaan, lama pemajanan terhadap stressor, pengalaman masa lalu, tingkat perkembangan.

2.2 Pendekatan Stres
Pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
A.  Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
B.   Pendekatan Organisasi
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati, 1999:77-78).

2.3 Pengalaman Stres
“Saya memiliki pengalaman stres yang akhir-akhir ini baru saya alami. Mulai dari pengalaman stres saya dirumah, dikampus, dan kehidupan asmara saya sendiri. Saya akan cerita pengalam stres saya dirumah. Saya paling ga nyaman dirumah kecuali kamar saya sendiri.
Saya termasuk anak yang tidak dekat dengan orang tua apalagi dengan seorang bapak. Karena saya tidak menyukai seorang bapak seperti bapak saya. Karena kerjaannya dirumah cuman santai-santai padahal dia termasuk orang yang pintar karena dia pernah kuliah di Al-Azhar Kairo dengan mendapatkan beasiswa disana tetapi dia tidak memanfaatkan kepintarannya untuk menafkahi keluarganya. Dia hanya mengandalkan harta kekayaan yang banyak dari ibu saya. Ditambah lagi bapak saya suka membesar-besarkan masalah yang hanya sedikit saja. Saya menjadi tidak betah dirumah kecuali kalau bapak saya tidak sedang ada dirumah.
Dia juga berulah dengan berantem terus dengan ibu saya sampai-sampai ingin bercerai dengan ibu saya. Hak dia aja tidak jelas. Rumah berserta isinya adalah milik ibu saya. Anak-anak juga sekolah hingga dijenjang yang tinggi dengan perjuangan ibu saya. Dia hanya berkata kalau anak perempuan gayusah berpendidikan tinggi. Lulus SMA bisa langsung dinikahin aja. Seorang bapak yang sinting sekali! Dan semua perbuatan beliau lainnya yang amat sangat tidak terpuji padalah ia adalah seorang ustad! Jikalau dia sudah tiada didunia ini, stres saya pasti akan hilang karena itulah cara satu-satunya.
Pengalaman stres  saya dikampus. Saya adalah mahasiswa pindahan dari kampus Gunadarma dikalimalang dan pindah ke kampus Gunadarma didepok karena lokasi yang makin jauh kuliah dikalimalang. Semakin tinggi tingkat dikampus, semakin sedikit sks dan semakin banyak tugas. Awal mula stres saya dikampus karena tugas yang semakin menggunung apalagi ditambah sedang UTS tetapi tetap harus mengerjakan deadline tugas dan sidang yang lebih dari 1. Kalau hanya tugas yang membuat saya stres itu hal yang semua mahasiswa lainnya alami tetapi ketika stres ditambah karena teman sekelompok yang menghujat saya karena menganggap saya tidak mengerjakan tugas dan hanya santai-santai saja itulah yang menjadi tingkat stres tambahan dikampus.
Bayangkan saja, saya setiap mengerjakan tugas pasti malam hingga pagi. Siang dan sorenya saya ada tanggung jawab yang lain yang harus saya kerjakan dan saya tidak melupakan tugas saya dikampus walaupun saya mempunyai tanggung jawab yang banyak diluar kampus. Sampai-sampai saya tidak mandi, tidak tidur, tidak makan, pulang terlalu malam karena mengerjakan sebagian tugas kampus diluar skalian. Tetap saja teman sekelompok saya itu melihat saya update saya pergi itu dibilang jalan-jalan. Saya termasuk jarang update tugas dan ngeluh sana sini. Karena saya juga sedang memfokuskan agar tugas kampus selesai setelah saya menyelesaikan tanggung jawab saya yang lainnya.
Dan lebih anehnya, saya tidak berteman dengan dia tapi dia selalu mengetahui aktivitas saya. Ketauan sekali bahwa dia mencari kesalahan saya jikalau tugas kelompok kami berantakan dan salah. Sungguh jahat sekali pemikirannya dia. Dan saya sekarang hanya berdoa agar dia dapat balasan sama Tuhan yang maha adil. Sekarang saya cukup tau tentang dia dan tidak akan sekelompok lagi dengan dia karena saya amat sangat lelah jikalau apa yang saya korbankan tetapi dihujat seperti itu.
Pengalaman stres saya dikehidupan asmara saya sendiri. Saya sangat mencintai kekasih yang sudah tiga tahun di akhir tahun ini yang bernama H (inisial). Ditahun-tahun yang semakin menua mulai lah banyak yang berdatangan cobaan-cobaan dalam hubungan kami. Banyak sekali cobaan ditahun ini yang membuat saya stres karena hampir membuat hubungan yang saya jalani bersama H berakhir. Dari mulai banyak bermunculan lelaki-lelaki dikehidupan saya padahal saya tidak mengenal dia, dari banyaknya kondisi dan keadaan yang membuat kesalahpahaman diantara kami padahal kenyataannya tidak seperti apa yang dilihat.“
2.4 Studi Kasus Stres di Tempat Kerja
“Selama dua bulan terakhir, L merasa kurang fit, tidak bergairah, jenuh, dan hampir seluruh tubuh terasa pegal-pegal. Hasil analisis dokter ahli penyakit dalam terhadap hasil pemeriksaan laboratorium klinis ternyata tidak menunjukkan gejala gangguan fungsi fisiologis serius, tapi L merasa sakit dan tidak sanggup bekerja seperti biasanya. (L, 48). Keluhan Bapak L memiliki intensitas yang sangat tinggi pada pagi hari kerja. Namun ketika jam kantor usai, keluhan tersebut hilang. Bahkan L mampu bermain tenis dua set tanpa merasa letih ataupun lesu.
Setelah ada hasil anamnesis eksploratif lanjut, menghasilkan  ungkapan ketidakpuasannya terhadap sikap atasan dalam menangani permasalahan keuangan di kantor, tempat L diangkat menjadi manajer keuangan pada perusahaan besar di kantor cabang. Nota tagihan yang harus dibayar untuk pembelian kebutuhan intern kantor sering menunjukkan rincian harga yang L tahu tiga kali lipat dari harga riil. L merasa sulit untuk membayar tagihan tersebut, sementara itu nota tagihan sudah mendapat persetujuan atasannya.
Ketika mencoba mendiskusikan masalah jumlah tagihan tersebut kepada atasannya, L mendapat bentakan keras dan menyalahkannya. Hal yang sangat di khawatirkan L adalah bila tiba-tiba kantornya diaudit akuntan dari kantor pusat. Kecemasan berlanjut dialami L, sementara ia belum menemukan solusinya, padahal promosi sebagai bendahara kantor baru diperoleh dalam tiga bulan ini.”
Analisis:
Konflik mental yang dihadapi L adalah pada satu pihak ia ingin mempertahankan jabatan yang baru saja diperoleh, sementara konsekuensi jabatan tersebut membuat performa kerjanya dan fisiologisnya menurun. Dalam pernyataannya, bisa dilihat juga bahwa iklim kerja yang mengecewakan, karena tidak mendapat dukungan di lingkungan kerjanya.
Berdasarkan keluhan yang disampaikan, bahwa L menderita keluhan neurasthenia. Neurasthenia adalah salah satu gejala neurosa, di mana seseorang merasa lelah mental dan fisik yang diikuti rasa pegal-pegal, bahkan sakit-sakit diseluruh tubuh. Penderita juga kehilangan gairah kerja, konsentrasi kerja menurun, dan walaupun diikuti peningkatan jumlah jam tidur, saat terjaga dari tidur penderita tetap merasa lesu dan tidak merasakan kebugaran tubuh. Kondisi akan membaik jika jam kerja di kantor telah usai. Keluhan semacam ini biasanya terjadi karena stres di dunia kerja.
Daftar Pustaka

Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2005. Jiwa yang Rentan. Jakarta: Kompas.
Budiardjo,Miriam. 2000. Dasar – Dasar Ilmu Politik.
Kekuasaan, wewenang dan Pengaruh.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&sqi=2&ved=0CE4QFjAD&url=http%3A%2F%2Fviyan.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F15113%2F2_WEWENANG%2C%2BDELEGASI%2BDAN%2BDESENTRALISASI.pdf&ei=-MyxUqPwGMaJrQe_iIHoAg&usg=AFQjCNEck5jUBwV_X3IWmCY_Bp-_8Bb5sw&sig2=cfEbFl4pI1xnStJKxrZxTg&bvm=bv.58187178,d.bmk.
Diakses pada
 18 Desember 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar