Kata stres umumnya sering digunakan ketika kita merasa segala sesuatu
tampaknya telah menjadi terlalu banyak - kita kelebihan beban dan
bertanya-tanya apakah kita benar-benar dapat mengatasi tekanan yang datang kepada
kita.
Stres yang jelek adalah stress yang terlalu kuat dan bertahan lama.
Stres ini bisa mengganggu jasmani maupun rohani. Misalnya siswa yang mengalami stress
terus menerus karena tuntutan belajar yang terlalu berat dan tidak sesuai
dengan kemampuan. Stres yang terus menerus bisa juga timbul karena polusi udara
dan kebisingan, kepadatan dan kemacetan lalu lintas, tindak kejahatan, beban
kerja yang berlebihan. Stres berat juga bisa dialami seseorang karena
kehilangan orang yang dicintai dalam kecelakaan atau bencana alam.
Stres yang timbul pada setiap
orang pun bisa berbeda-beda, walaupun peristiwa yang dialami itu sama.
Peristiwa tertentu yang membuat seseorang mengalami stres berat bisa saja hanya
menimbulkan stres ringan pada orang lain. Bahkan dampak stress itu sendiri bisa
berbeda pada setiap orang. Stres yang bagi seseorang dianggap menghancurkan,
bagi orang lain bisa merupakan tantangan. Ada orang yang menjadi sangat kreatif
dan produktif justru dalam keadaan stress. Ada siswa yang justru baru belajar
secara efektif pada saat menjelang ujian.
J. P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stress sebagai
suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada
diungkapkan dalam Atkinson (1983), stress terjadi ketika orang dihadapkan
dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun
psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stress dinamakan
stressor. Sementara reaksi orang
terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon
stres, atau secara singkat dinamakan stres.
Menurut Lazarus 1999 (dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah rasa
cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai
suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untk bisa
menanganinya secara memadai”.
Faktor-Faktor yang
Menimbulkan Stres
Berikut ini dikemukakan beberapa peristiwa yang merupakan sumber stres:
1.
Peristiwa
Traumatik
Yang dimaksudkan dengan peristiwa
traumatis adalah situasi bahaya ekstrim di luar rentang pengalaman manusia yang
lazim. Contoh: bencana alam, seperti
gempa bumi, tsunami dan banjir; bencana buatan manusia, seperti perang,
kecelakaan nuklir; kecelakaan yang mengerikn, seperti tabrakan mobil, jatuhnya
pesawat; penyerangan fisik seperti pembunuhan dan pemerkosaan.
2.
Peristiwa
yang tidak dapat dikendalikan
Semakin besar peristiwa yang tidak dapat
dikendalikan, semakin besar pula kemungkinan stres yang ditimbulkannya.
Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan misalnya, ditinggal mati orang
yang dicintai, terserang penyakit serius, dipecat dari jabatn. Sedangkan
peristiwa ringan yang tidak dapat dikendalikan, misalnya, tidak mendapatkan
maaf dari teman, terlambat tiba dalam suatu acara karena kemacetan lalu lintas,
keberangkatan tertunda karena tiket pesawat habis. Salah satu alas an mengapa
peristiwa yang tidak dapat dikendalikan itu menyebabkan stres adalah karena orang
tidak mampu mengontrol terjadinya peristiwa itu.
3.
Konflik
Internal
Stres juga dapat muncu dari faktor
internal yang tidak terpecahkan, baik yang disadari maupun tidak disadari.
Konflik terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau
dua tindakan yang tidak sejalan. Contoh, ketika kita ingin bersama keluarga
menghadiri undangan pernikahan salah satu kerabat di Banyuwangi, sekaligus
berlibur ke Bali; tetapi pada saat yang sama kita dijadwalkan untuk menghadapi siding
skripsi. Kondisi konflik seperti itu dapat menimbulkan stres. Contoh lainnya,
ada dua tujuan yang sama-sama menarik, misalnya ketika kita mendapatkan dua
macam tawaran pekerjaan yang sama-sama menarik, sehingga sulit menjatuhkan
pilihan. Situasi seperti ini berpotensi menimbulkan stres.
1. Kepribadian
Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah sebuah sifat dan karakter
yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan
mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak. Individu yang memiliki
kepribadian tipe ini, biasanya lebih senang memendam perasaannya dibandingkan
mengungkapkannya kepada orang lain. Begitupun bila mengalami stres, mereka
lebih senang memikirkan masalahnya sendiri secara mendalam sendirian atau
membaginya hanya kepada orang yang benar-benar ia percaya.
Antonim dari sifat Introvert adalah
Ekstrovert. Sifat Ekstrovert lebih membutuhkan sosial, cahaya, kebisingan,
ruang lingkup yang luas dan sebagainya. Sedangkan Introvert lebih membutuhkan
sebuah teh hangat dan berkumpul bersama beberapa teman dekat saja daripada
pergi ke tempat yang penuh dengan orang asing. Introvert membenci basa-basi,
oleh sebab itu mereka senang dengan perbincangan yang padat dan bersifat
informatif.
2. Fleksibel
dan Rigid
Tipe orang yang fleksibel adalah mereka
yang selalu tepat mengkondisikan diri, mudah beradaptasi, luwes, dan mudah
bergaul. Hal ini menggambarkan bahwa pribadi yang fleksibel tidak mudah untuk
mengalami stres karena kemampuan mereka yang mampu beradaptasi dengan keadaan.
Sedangkan rigid adalah kebalikannya memiliki sifat yang kaku, dan hal ini akan
bisa membuat pribadi rigid mengalami stres dengan mudah. Karena jika ada suatu hal yang menurutnya tidak berjalan
semestinya, maka akan menimbulkan stres bagi pribadi rigid tersebut.
3. Over
Activity (Agresi)
Agresi merupakan salah satu akibat dari
puncak stres.
Kecakapan:
Kecakapan adalah kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan baik. Dalam hal ini, kemampuan individu dalam
menangani masalahnya atau stres itu tadi.
Nilai dan Kebutuhan:
Sosialisasi, adaptasi, dan
internalisasi, apabila individu tidak mampu melakukan hal tersebut, maka hal
tersebut akan menimbulkan stres.
Reaksi Stres:
·
Flight:
Individu cenderung melarikan diri dari masalahnya.
·
Fight:
Dalam menghadapi stres, individu memilih untuk melawan stres tersebut dengan
cara mencari jalan keluar untuk masalahnya tersebut.
Teknik Penenangan Pikiran:
1.
Meditasi
Semadi atau meditasi adalah
praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang
menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Makna harfiah meditasi
adalah kegiatan mengunyah-unyah atau membolak-balik dalam pikiran, memikirkan,
merenungkan. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental terstruktur,
dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan,
dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan
atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku.
Dari sudut pandang fisiologis,
meditasi adalah anti-stres yang paling baik. Saat mengalami stres, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat,
pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalin memompa
hormon-hormon stres. Selama melakukan meditasi, detak jantung melambat, tekanan
darah menjadi normal, pernapasan menjadi tenang, dan tingkat hormon stres
menurun.
2.
Autogenik
Autogenik
berarti sesuatu yang berasal dari dalam diri Anda. Dalam teknik relaksasi, autogenic
menggunakan citra visual dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres. Dalam
tekhnik ini, kita mengulang kata-kata atau saran dalam pikiran untuk membantu diri
menjadi rileks dan mengurangi ketegangan otot. Kita dapat membayangkan tempat
damai dan kemudian fokus, pernapasan santai, memperlambat detak jantung, atau
merasa sensasi fisik yang berbeda, seperti santai pada kaki atau lengan satu
per satu.
3.
Neuromuscular
Relaksasi
neuromuscular adalah satu program yang terdiri dari latihan-latihan sistematis
yang melatih otot dan komponen-komponen saraf yang mengendalikan aktivitas
otot. Individu diajari untuk secara sadar mampu merelaksasikan otot sesuai
dengan kemauannya setiap saat. Untuk itu perlu dikembangkan kesadaran perasaan
pikiran tentang bagaimana rasa relaks adn mempelajari bagaimana perbedaanya
jika sedang tegang.
Pengalaman Penulis Mengenai Stres
1.
Pengalaman
Distres (Negatif)
Pada saat saya masih kelas 6 SD,
saya diharuskan belajar dengan giat demi menghadapi ujian kelulusan saya, yaitu
UN atau Ujian Nasional. Karena saya merupakan anak pertama dalam keluarga saya,
orangtua saya sangat berharap saya dapat melalui ujian tersebut dengan sangat
baik agar menjadi contoh yang baik untuk adik-adik saya. Dalam upaya menghadapi
ujian nasional, tentunya banyak anak-anak sekolah dasar seusia saya saat itu
mengikuti bimbingan belajar. Tetapi saya bukan termasuk salah satu diantara
mereka. Saya tidak mengikuti bimbingan belajar di tempat kursus seperti
anak-anak lain. Saya hanya belajar murni di sekolah dan di rumah saja.
Sayangnya, saat itu orang tua saya sering berpergian keluar kota untuk urusan
pekerjaan sehingga saya kesulitan untuk belajar dirumah. Semakin mendekati hari
ujian, saya pun mengalami stres karena ketidakpercayaan diri saya yang tidak
mengikuti bimbel. Saya melampiaskan rasa stres saya tersebut dengan bermain
game dan akhirnya saya kecanduan bermain game hingga pagi. Hal ini mengakibatkan
saya sering kesiangan dan akhirnya saat hari ujian tiba, saya terlambat datang
ke tempat ujian. Saya tidak dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan ujian
sehingga hasil akhir ujian saya tidak memuaskan.
2.
Pengalaman
Eustres (Positif)
Universitas tempat saya berkuliah, yaitu
Universitas Gunadarma, diundang untuk mengikuti kejuaraan olahraga hockey di
salah satu perguruan tinggi saat akhir bulan Juni nanti. Di kampus, saya
kebetulan mengikuti UKM Hockey tersebut. Semakin mendekati hari H kejuaraan,
saya semakin tegang dikarenakan saya merasa bahwa kemampuan dan tekhnik saya
dalam bermain hockey masih kurang untuk menghadapi kejuaraan. Rasa tegang atau stres tersebut pun memacu
saya untuk rajin berlatih menyiapkan diri saya untuk menghadapi kejuaraan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar