Teori
Kepribadian Psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah
psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah
behaviorisme, sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.
Aliran Psikodinamika (Psikoanalisa)
Psikoanalisis
ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah
satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan
sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian,
sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisis
menurut definisi modern yaitu (1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi
yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku
manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk
kepribadian masa dewasa, (2) Psikoanalisis adalah teknik yang khusus
menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar), (3) Psikoanalisis adalah
metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Psikoanalisis
memiliki sebutan-sebutan lain yaitu (1) Psikologi dalam, karena menurut Freud
penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya
lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya,
diperlukan upaya lebih dalam, (2) Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang
individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat
berubah dan dapat saling bertukar energi. Adapun contoh dari Psikoanalisis:
Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme pertahanan diri.
Salah satu tokoh psikoanalisa adalah Alfred Adler. Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology. Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur seksual sehingga kurang realistis.
Adler di Wina dari keluarga pedagang yang berada. Sejak kecil ia sakit-sakitan dan hal ini menumbukan cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pada tahun 1895 ia lulus kedokteran dari Universitas Wina, lalu berpraktek sebagai dokter mata sebelum akhirnya menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater.
Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tersebut.
Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
Aliran
Behaviouristik
Behaviorisme adalah teori
perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons
pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat
dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang
diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi
tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan behaviorisme
merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar
pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang
menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah
mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku
siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil
belajar.
Ada beberapa tokoh teori belajar behaviorisme.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Tetapi di sini saya akan
membahas satu teori dari satu tokoh saja, yaitu Thorndike.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar
yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3)
hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana
hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Aliran
Humanistik
Humanisme
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai
potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan
pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan
positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak
dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah
bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi
yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial.
Tokoh
pencetus aliran humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers,
Erich Fromm daan Viktor Frankl. Pada tugas ini, saya akan membahas teori dari
Abraham Maslow. Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh
humanistik adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan
tersebut adalah sebagai berikut:
Maslow
(1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk
tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan
hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika
manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan
distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk
memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka
sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang
lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya
self-actualization.
Maslow
(1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu
susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang
memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis
akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa
nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan
keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat
ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina
keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga
diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat
yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan,
kebenaran, dan keadilan.
Maslow
mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah
piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi,
kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Maslow
menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah
mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan dalam hidup.
Teori
Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang
tidak selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau
kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi
yang lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar